Awalnya, ini hanya perasaan kagum yang begitu ku pedulikan, tapi ternyata aku salah. Perasaan ini berkembang menjadi rasa takut yang kuhindari. Aku mulai menyayangimu tanpa sepengetahuanmu. Semua berjalan seperti biasa dan aku semakin menikmati kedekatan kita yang entah harus diberi nama dengan status apa.
Aku tak pernah takut saat mencintaimu. Layaknya air laut yang mengikuti lekuk gelombang, seperti itulah aku membiarkan rasa cintaku terus mengalir tanpa kendali. Percakapan yang kau selipkan dalam social media itu menyeretku dalam perasaan yang dulu sangat ingin ku hindari; cinta. Kamu membuka mataku dengan tindakan mu yang ajaib, sampai-sampai aku tak lagi paham alasan yang harus kujelaskan; mengapa aku bisa begitu menggilaimu.
Cinta ini sangat tulus. Sungguh. Tak ada penuntutan yang kulakukan, aku juga tak mengganggumu, dan aku juga tak meminta status dan kejelasan. Aku tak seberani itukan ? kamu mengetahuiku juga mengenalku, tak mungkin jika kau tak menyadari ada perasaan berbeda dalam hatiku. Aku bisa menebak matamu, ketika kamu bercerita tentang dunia yang ingin kau singgahi, saat kau membawaku ke dalam dunia ceritamu yang sudah mulai kupahami. Aku berusaha memahami kemisteriusanmu.
Aku merasa sudah mulai memahamimu. Aku merasa punya kesempatan untuk sedikit mencicipi hidup menyenangkan bersamamu. Aku sanggup mengisi hari-harimu dengan kebahagiaan baru. Tapi, ternyata kita tidak sejalan. Perhatian yang kusediakan khusus untukmu seakan menguap tak berbekas. Rasa cinta yang kuperjuangkan dengan sangat demimu seolah-olah tak pernah mampir sedikit dalam benakmu. Kau biarkan aku mengejar bayangan, sementara kenyataan sebenarnya entah kau sembunyikan dimana.
Tidak mungkin kau tidak tahu bahwa aku mencintaimu. Tak mungkin kau tak memahami perhatian dan tindakanku. Tidak mungkin hatimu begitu buta untuk mengartikan segalanya yang kurasakan terhadapmu adalah cinta! apa hatimu sengaja kau kunci untukku ? apa matamu sengaja kau butakan agar tak membiarkan bayanganku menyentuh retinamu ?
Langkah ku terus mencoba terus menggapaimu, jemariku merasa menggenggam tanganmu; namun, ternyata semua kosong. Kukira, percakapan kita adalah hal special bagimu. Ku sangka semua perlakuanmu adalah bukti bahwa kau menganggapku istimewa. Nyatanya, aku salah menafsirkan. Bagimu, aku bukan siapa-siapa dan tak berarti apa-apa.
Aku tak bisa menahanmu pergi. Bahkan, kau memilih habiskan kebahagiaanmu bersama yang lain, kemudian membiarkan aku sendirian. Tanpa mengucapkan pisah dan tanpa kau tahu sudah ada yang tumbuh diam-diam dihatiku; cinta.
Ternyata, aku belum benar-benar memahamimu. Ternyata aku belum benar-benar mengenalmu. Ternyata, kamu yang kuperjuangkan dengan sangat mendalam; tak sehebat yang kubayangkan.
0 komentar:
Posting Komentar